Jumat, 14 November 2014

Harta Karun

Diposting oleh Unknown di 14.50 0 komentar
Bagi beberapa orang, kenangan memang seperti harta karun. Mereka menyembunyikannya di tempat yang paling sulit dijangkau. Menguburnya rapat-rapat. Bahkan menghilangkan jejak akses menuju harta karun tersebut. Namun ketika mereka tersadar dari tidur panjangnya, mereka baru menyadari bahwa lebih baik memiliki harta karun dan beresiko mati karena sedih berkepanjangan daripada merasa hampa jiwa raga (dan akhirnya mati juga). Kemudian mereka mulai mencari harta karun yang mereka kubur sendiri...

Sial. Harta karunku belum juga ku temukan.

Minggu, 26 Januari 2014

Kau adalah Aku

Diposting oleh Unknown di 09.45 0 komentar
Mengapa bimbang?
Bukankah hari yang bertahun kau tunggu akan datang?
Mestinya tangis tak perlu lagi tumpah
Cukuplah sudah di penghujung malammu yang basah

Mengapa takut?
Bukankah ketakutan sudah kau buang sejak pertama keluar dari rumah?
Mestinya kau tegakkan kepala
Keberanianmu adalah senjata

Mengapa lemah?
Bukankah kau sudah terlatih menahan sakit di luar kesanggupanmu?
Mestinya tak ada yang bisa membunuhmu sekarang
Kekuatanmu terlalu sulit untuk dilawan

Jika kau lelah maka bersandarlah pada doa mereka yang mencintaimu
Jika kau penat maka tengoklah lagi foto usang itu
Jika kau rindu maka temuilah mereka dalam doamu
Jika kau merasa hancur maka bacalah kalimat demi kalimat surat cinta dari Tuhanmu

Jangan bimbang!
Jangan takut!
Jangan lemah !

Tuhan bersamamu, Ia lebih dekat dari nadimu...




Bekasi, 27 Januari 2014


Jumat, 24 Januari 2014

Rahasia Tempat Tujuan

Diposting oleh Unknown di 06.26 0 komentar


Remuk redam
Entah rasa apa lagi yang bisa aku lawan
Nelangsa dalam kenikmatan mengenangmu untuk diriku sendiri
Di tengah rintik hujan sore yang tiap tetesnya  menyia-nyiakan penyangkalan yang aku bangun

Ini sakit, sayang…

Wangi tanah basah dan daun-daun segar yang menguar bagai obat bius membekap hidungku
Ia ciptakan potongan-potongan gambar terangkai tentang pertemuan terakhir
Demi butir air mata yang jatuh dua-dua
Oleh kalimat-kalimat cinta dan denting lagu mana lagi ku beri tahu?

Diamku yang angkuh bagai angin panas bulan Mei
Olehmu terpikirkah?
Aku yang diam tetap memelihara rindu dan berharap Tuhan sudi menetapkanmu menjadi takdirku
Tidakkah kau mengerti sulitnya mencukupkan diriku dengan bahagiamu saja?

Mencintai tak harus memiliki kata mereka
Omong kosong!
Jemari kelingking yang pernah terkait tak akan pernah rela, karena…
Obor yang pernah kau kobarkan di dalamku telah membakar diriku seluruhnya




Bandung, 24 Januari 2014

Jumat, 15 November 2013

Hujan

Diposting oleh Unknown di 06.41 0 komentar
Hujan. Menunggu. Aku. Kamu. Tak apa-apa. Hujan. Bukan masalah. Bercanda. Nada. Menunggu. Tak usah di tunggu. Hujan. Lebih lama. Tak berhenti. Senang. Tersenyum.

Hujan.

Kamu menerobosnya demi menemui aku. Namun tak mau menerobosnya agar lebih lama bersamaku.
Aku suka hujan.

Senin, 16 September 2013

Tuhan, Bolehkah Aku Menangis?

Diposting oleh Unknown di 05.58 1 komentar
 
Dalam diam tanpa kata. Dalam doa tanpa suara. Ku rapal namaMu di hatiku. Ku setubuhi artiMu dalam sujudku. Dalam sepi tanpa cahaya. Dalam hampa tanpa daya. Ku kristalkan pujianku dalam tiap butir biji tasbih. Ku lantunkan surat cinta dariMu dengan lirih.

Ku yakin Kau mendengarnya...
Ku yakin Kau menyaksikannya...

Dalam diam tanpa cahaya. Dalam hampa tanpa suara. Ku panjatkan permohonanku agar sampai ke langit sana. Ku mohon pengampunan dariMu yang Maha perkasa. Dalam doa tanpa daya. Dalam sepi tanpa kata. Ku pasrahkan guratan takdir yang menungguku. Ku ikhlaskan apa-apa yang bukan bagianku.

Ku yakin Kau  mendengarnya...
Ku yakin Kau menyaksikannya...

Dalam diam, dalam doa, dalam hampa, dalam sepi,
Aku hanya  ingin berkata,

aku lelah, Tuhan...
Maka, bolehkah aku menangis?
.

 

Kamis, 12 September 2013

Ibu, Aku Hanya Ingin Bersandar

Diposting oleh Unknown di 23.16 2 komentar


Aku terpaku.

Seperti malam-malam sebelumnya di jam yang sama pula. Aku selalu mencari cara agar bisa bersandar padamu. Ingatkah Bu, ketika aku mendekatimu dan mencoba bersandar di pundakmu? Kau selalu bilang tubuhku berat, lalu mendorongku perlahan dan kau pun menjauh.

Sejak saat itu aku melakukan diet ketat dan olah raga gila-gilaan, Bu. Aku ingin menjadi ringan agar tak membebanimu ketika aku bersandar di pundakmu. Ku kira usahaku berhasil… Berat badanku hanya 42 Kg saat aku pulang menemuimu sebulan yang lalu. Tapi ternyata aku tak cukup ringan untuk bersandar di pundakmu yang semakin rapuh. Aku tahu kau menua, Bu. Karena itu aku tetap tersenyum ketika kau mendorongku untuk yang kesekian kalinya saat aku berusaha bersandar padamu. 

Tapi aku tak pernah berputus asa, Bu. Aku bahkan membeli pil-pil ini agar tubuhku semakin ringan. Dan ku yakin malam ini engkau pasti tak akan menolakku untuk bersandar padamu. Tubuhku tak lagi berat, Bu. Aku seringan kapas. Atau mungkin, malah lebih ringan dari itu. Karena sejak tadi aku bisa terbang dan mengambang di udara.
.
Aku ringan, Bu. Ringan sekali.

Tolonglah kali ini jangan menolakku lagi.

Karena aku, hanya ingin bersandar...
 

Bermain Kata, Meramu Rasa... Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos